Friday, 16 May 2014

KEBENARAN MUTLAK

Radha, oh Srimati Radharani
Telah kau sandingkan sungai Gangga dan Yamuna, mengitari pelataran cinta kita
Telah kau hardik para lebah, berhenti menggoda teratai agar kelopaknya tetap putih
Telah kau tanam tulasi, membuka pori-pori gairah para dewa
Oh kekasihku Radha…

Radha, Srimati Radharani
Panggil namaku dalam jiwamu, selembut seruling di kisi-kisi sepiku
Hembuskan nafasmu ditelingaku, laksana narwastu tercurah dari buli-buli tua
Tumpah semerbak, mewah tanpa kata
Begitupun sayangmu, cintamu dan artimu didenyut Krishna
Radha, kekasih Radha…

Biarkan sejarah mencatat dengan gaya pena para filsuf ternama
Akan nama Rukmini, Satyabama, Jambawati, Kalindi dan belasan ribu perempuan lainnya, sebutlah…
Biarkan para pemahat lihai membentuk rupamu dan rupaku menurut imajinasi mereka, lihatlah…
Atau penulis mengernyitkan dahi mereka untuk memberi nama hubungan kita
Kekasih utamakah?
Perempuan simpanankah?
Isteri kelas dua belaskah
…..atau apa saja seenak tinta menorehnya

Radha kekasihku Radha
Cinta kita tanpa nama
Sayang kita tiada status
Kasih kita tanpa harga

Radha kekasihku Radha
Didirimu, dihatimu dan dijiwamu
Kutemukan kebenaran mutlak!

(Bogor, 16 Mei 2014//Henny Sembiring; “Krishna-ku dalam hamparan bimbang”)