Thursday, 30 June 2011

HIDUP ADALAH KESIA-SIAAN..... (Pengkhotbah)


Dau-daun kering

Berawal dari benih yang kecil yang tidak cantik
Tertanam…
Entah sengaja atau tidak
Entah terawat atau liar
Dia tumbuh

Daun pertama, kedua, ketiga..
Ranting pertama,kedua dan seterusnya
Semakin tinggi, semakin rimbun, semakin megar

Daun
Daun pertama luruh, kuning kecokelatan, kering dan hilang
Daun kedua jatuh, setengah hijau setengah kuning, ujungnya kecokelatan, kering dan hilang
Saat daun ketiga mengikuti jejak pertama dan kedua
Tunas baru tumbuh di ketiak daun terdahulu…
Hijau muda, teramat muda…semakin hijau, semakin lebar
Tunas itu menjadi ranting

Ranting
Ranting pertama tumbuh gagah, percaya diri, menajuk tinggi
Ranting kedua sedikit ke kiri, merayap mencari jatidiri
Ranting ketiga mengarah ke kanan, meraup matahari
Ranting berikutnya semakin liar, berjuang mencari energi
Ranting pertama patah tertiup angin
Ranting kedua serakah dan mati tertebas alam
Ranting berikutnya …entahlah seperti apa asalnya
Tapi semua kering dan mati
Pun matinya entah menjadi apa
Penyangga lemari, kayak, sampan, kayu api, entahlah
Yang kulihat…
Ranting baru tumbuh disetiap matinya ranting terdahulu

Apa bedanya hidupku dan hidupmu?

Bapakku mati, kakekku mati, temanku mati, sanak saudaraku mati
Di detik-detik matinya ada nafas baru
Ah…aku pun akan mati

Pagi bangun, bergulat dengan waktu, duduk berjam-jam, merokok berbungkus-bungkus, ngopi bercangkir-cangkir…
Melotot ke monitor komputer, buka Facebook bikin status, nge-like-like-in status orang, kasih komen sana sini, approve friend, remove yang bandel-bandel, cuci mata di album orang, masukin foto-foto ke album sendiri dan log-out.

Memandang meja makan
Selera?
Ambil piring, isi menu yg ada, makan, minum, kenyang lalu?
Nonton TV, VCD, chating, baca-baca berita di internet, lalu?
Masuk kamar, putar musik dari india, barat, indo melo, lalu?
Bosan, lalu?
Buka notebook lagi, buka youtube, pilih-pilih musisi cakep…cakep otak dan mukanya tentunyaJ
Kalau enak, naikin ke Facebook, lalu?

Kembali ke kamar, putar lagu, jojing…jingkrak, senam…keringatan, lalu?
Mandi, luluran, cukur sana sini hehehehe….lalu?
Sabunan, sampoan…handuk dan lotion, lalu?

Tidur?
Buku kecil terbuka sebentar, paling juga lima atau tujuh menit…ngobrol denganMu lalu?
Tidur!
Begitu yakin kuaktifkan alarm untuk bangun pagi…tanpa mikir resiko yang mungkin terjadi sepanjang malam…ah…ngapain dipikir?

Selalu begitu
Rutinitas yang rutin

Sore ini, angin itu menyapa
Merayu-rayu daun, tak peduli muda apalagi yang tua
Lalu mereka jatuh
Jatuh ke bumi

Sore ini
Teringat kata Pengkhotbah
Hidup adalah kesia-siaan!!!


(hennysembiring_30 Juni 2011_KRB)

PUISI PUISI HIDUP


Malam yang sempurna 

Dilamunan malam kusapa rembulan
Adakah bintang sampaikan pesan
Tentang kasih yang terluka dalam
Terkoyak drama kehidupan

Padamu lalang kujeritkan lara
Padamu laut kutaburkan nestapa
Bila memang kasih sudah tak bermakna
Mengapa aku meratap di atas puingnya?
Kosong dan hampa…
Hening tanpa kata…
Paduan malam yang sempurna!

(hennysembiring_20 Mei 2011)




Suara Alam

Tanahku gersang sungaiku kering
Hatiku patah dan asaku mengigil
Tiada sinar tiada jalan
Terpuruk hampa dalam dendam

Kulayangkan mata tanpa suara
Pada daun yang gugur satu persatu
Sayup kudengar jerit hatinya
Mengutuk musim yg tak bersahabat bahkan beku

(hennysembiring_21 Juni 2011)



Wednesday, 22 June 2011

TOYADI (Samudera)

Senja kemerahan di ujung petang
Tawaran kopi hitam sempurnakan pemandangan
Menatap surya tenggelam perlahan
Ah! Kenapa ada yang menghalang?

Perempuan kurus berkulit cokelat muda…oh tidak, lebih tepat disebut cokelat tua
Mata tajam beriris pengalaman, terlindung kelopak yang sarat warna kehidupan
Netral, komplementer, panas atau dingin
Dengan tingkat kecerahan dan kesuramannya.

Kaki mungil itu melintas di sampingku…oh tidak, lebih tepat disebut di depanku,
Berlalu tidak tergesa, menuju air biru…
Tanpa kata dan sapa, apa kuharap nikmati senyum pula?
Ah, harapan yang sia-sia!

Dilangkah ke-26 dia berhenti, belok kiri dan tapaki bibir pantai
Dihitungan ke-11 dia diam, menoleh tepat ke arahku
Tujuh detik lamanya namun sanggup getarkan jiwaku
Lalu dihadapnya laut
Tanpa tahu tanpa peduli, tingkahnya telah menguasai hati dan pikiranku!
Gila kah dia?
Putus asa kah dia?
Ah tidak!

Walau sepapas, kubaca torehan cerdas berpadu rapi dengan emosinya
Langkahnya bukan langkah serdadu kalah
Irama kakinya bukan sonata patah
Dia pasti bukan perempuan lemah!

Lalu kusaksikan ancang-ancang sang perempuan
Tangan menyatu terjulur, lalu membelah asinnya air,
Dada terlontar dan dia melaut lepas!
Magis? Sepertinya bukan.
Dentuman ombak itu magnet, memanggil tubuh dan menghisap jiwanya
Angin itu bernafsu, mengacak-acak helai rasa dan akar logikanya
Dia hidup bagi samudera.

Melintas teluk hatinya bimbang, adakah kepak kaki dan tangan perlu diteruskan?
Kerlingan tanjung menawarkan perhentin, bahkan senyum jazirah janjikan kehangatan
Hidangan cinta Sang Penguasa darat, bimbangkannya dalam pilihan

Sejenak matanya menatap luka yang menganga, tanpa infeksi tanpa darah pula
Lalu mengapa harus berhenti, bila luka dan darah sudah tak berarti
Bila samudera sudah diselami, mengapa terpaut di selat apalagi teluk?

Kuhela nafas dalam, tersenyum hormat pada alam
Ketika senja, ombak dan angin hantarkan pesan
Perempuan itu tidak pernah berhenti
Perempuan itu perempuan bahari!

Dedicated to my beloved M'om: I love You