Wednesday, 19 September 2012

THE BLUE SAPPHIRE OF SEPTEMBER 2012


Hi dear,
It’s been three years today since you’ve been gone.
The closest friend of mine, who yelled at me, who greeted me with a genuine warmth, sometimes whispered my name in his deep sleep.
The great father of my kids, who teach in Daddy way, showed the colors of life with no tension to control.
The smoothest feather of angel that ever fallen on one of the special chapter.
The softest tissue that ever wiped the rain which blurred the letters theme.
But still looks like it lost its rhythm
The cracked chords still remains.
Hang on the sorrow, hugged in vein…. tightly!

How could I embellish that passage
And patch the notes and letters in union as complete sentences or an opus?
Watering it with soul of tranquility and putting on the sweet melodies?
Would you lend me a candle light, even it almost melted?

Hello dear,
The scramble egg just too hard to swallow while an unexpected question came out from an innocence cherry lip.
“Mom, do you miss him?”
No doubt but yes my eyeball shrinking say her, “Yes dear, I miss him. Do you?”
She look at me and smile ,”a lot!”

Oh dear!
Why does the breakfast hurt me so bad?
Why blue sapphire makes me sad?
Why Wednesday fusion stirs me into dark mood?

Oh my dearest friend,
September still wearing a blue sapphire stone
And its beauty is lastingJ
I do miss you….

(HennySembiring, dedicated to my dearest friend, RIP : Sept 19th, 2009 - 2012)

Thursday, 13 September 2012

Tubuh Bahariku


Merahnya senja masih getarkan rasa
Senyum jazirah pun kerap memanggil jiwa
Lekuk tanjung selalu memesona mata
Lalu, mengapa berlabuh lama?

Gulungan ombak masih kekasihku
Derunya bayu tetap teruna hatiku
Gaguku adalah gagu meragu
Ragukan perbekalan jiwamu
Sandwich, Cola, BlackBerry, oh!

Kau kemanakan pecal dan teh tubruk kita
Kau robekkah kartu pos bergambar camar muda?

Aroma keringat dan legam tubuhmu, tercium jelas diujung hidungku
Itu dulu….
Sebelum sun block berjudul tak tentu, membaluri saraf-sarafmu

Ah bahariku tercemar modal asing yang berlagak lugu!

HennySembiring_Dadali 32 Bogor, September 13th, 2012

Sunday, 12 February 2012

Hari ini 11 Februari, kawan....

Entah berapa mimpi yang sudah engkau jahitkan
Pun berapa lembar kenangan engkau tuliskan
Entah berapa waktu sudah engkau bekukan

Hari ini 11 Februari, kawan....
Satu momento tentang kau dan aku
Tentang dua potong hati dalam mangkok cinta putih 
Ya, cinta putih
Bukan merah jambu....

Duh kawan,
Bagaimana senyummu sekarang?
Mereka bilang, dirimu kini belulang atau bahkan debu betulan
Ah, biarlah kawan
Apalah arti raga dan jiwa?

Seiring semilir angin dipanasnya siang ini
Aku rasakan hadirmu, rohmu bahkan cinta dan amarahmu
Serta sejuta kisah kita terputar tanpa paksa
Lalu kunikmati tiap denyutnya
Tiap episodenya...

Kawan,
Ada rindu untukmu!

hennysembiring_11Feb12/dirimu dalam kenangan

Thursday, 9 February 2012

Cinta merah muda Sang Teruna


Lihat muka polosnya, tidak ada guratan curiga
Tatap bola matanya, tiada cahaya dusta
Makin dalam terselidiki, tampilannya semakin menggoda

Kaos polo asli, putih bertepi biru  
Jam tangan bermerk melingkar gagah di pergelangan
Sepatu berkelas pula, cokelat muda
Sebatang rokok menyempurnakan kelelakiannya

Dia mulai bergaya, berbicara santun di mula bicara
Lalu perlahan hangat, bahkan jorok-jorok elit punya
Mata damai dan teduh beralih kerling berahi dan ajakan nakal

Kepaknya mengembang, senyumnya merekah
Bahkan terlalu merekah untuk ukuran seorang lelaki matang
Lenggak lenggoknya pasti, seakan tahu bumi menopang dosa-dosa
Topik bicaranya terkini, ulet dan ligat seakan tahu persis nada-nada sulit Beethoven
Gaya bahasanya lebih elegan dari ahli politik musiman
Dia tampil seperti teruna kota, tanpa beban dan kekang
Segala tampak lancar…
Segala tampak mudah…
Segala tampak harapan yang tidak sia-sia…
Jiwa, ilmu, nafsu, pengalaman, terkemas dalam satu formula
Dia teruna muda dari kota!


Dengarlah….
Hati rentan itu berdegup halus karena getar-getar cinta menggerogoti dengan mesra,
begitu mudah terpesona sinarnya kota
Buru-buru berharap bahkan bermimpi
Sang Teruna berkenan turun sejenak untuk mandi di sungainya
Dan benar
Entah takdir, entah usaha, entah keajaiban, entahlah…
Tapi dia berhasil terpulas di pelukan Teruna Kota
Mandi bersama dengan air yang kadang beriak kadang pula bergelombang…
Ah, atau mungkin yang terjadi adalah
Teruna berhasil memperdaya Hati Rentan untuk sekadar latih otot di sekitar dermaga tanpa nama pelabuhan?

Lihatlah…
Hati rentan itu sekarang selalu bersih-bersih, solek-solek  bahkan bertingkah seperti punya wewenang atas dermaga, sekan-akan punya nama
Tatap guratan nikmat di sudut bibirnya, kepuasan di teduh matanya, kedamaian senyumnya,kelincahan gerakan kakinya yang membelah lembut air sungai dan berenang ikut arus sampai jauh dan jauh….

Hari berlipat minggu, berganda bulan dan tahun…
Semakin dia nikmati, semakin dia selami indahnya cinta merah jambu dari Sang Teruna
Dia terus memercikkan air, walau dia tahu dermaga itu tetap tanpa nama
Dia sadar, bagian yang dia selami bukan hulu bukan pula hilir
Dia tahu, hantaran zat kehidupan dia terima dari mana
Dan mampu berkesimpulan, dia hanya persinggahan iseng semata
Dan bahwa Teruna Kota itu akan segera beranjak, berenang lebih jauh lagi, sampai lelah dan menemukan dermaga dengan atau tanpa nama…
Lalu mengalir dan mengalir lagi tanpa akhir dan tanpa perhentian

Hei saksikanlah,
Hati Rentan itu muncul ke permukaan...
Mencoba merayu Sang Teruna yang sudah siap melanjutkan perjalanan
Dia berkata,”Duhai kekasih, berikan aku kepastian, batas panjang dan lebar dermagaku. Dan beri aku tanda dan nama bahwa aku adalah hulu dan ulu hatimu….”

Sang Teruna Kota memandang bingung atau tepatnya pura-pura bingung
Dan dengan guratan muka penuh cinta berkata,”Duhai Hati Rentan, pintamu sangat berlebihan. Apalah arti sebuah nama? Kuberi kau kesenangang, kenapa harus dilegalkan?”

Hati Rentan menatap pilu,
Dipandangnya pujaan seakan tidak percaya
Lalu berucap lembut,”Duhai kekasihku, takutkah engkau mengakuiku? Bolehkah aku dengar jujurmu?”

Bibir Sang Teruna bergetar, matanya berair entah sandiwara entah benar.
Dipeluknya Hati Rentan dan berujar,”Maafkan aku cinta. Aku terlalu takut untuk memberimu tanda atau nama. Aku Teruna kota yang pengecut. Kalau cinta, aku cinta. Kalau sayang aku sayang. Tapi komitmen, bagaimana bisa aku berikan?”.

Hati Rentan memejamkan matanya, memeluk lebih erat dekapan Sang Teruna
Dia hirup aroma tubuhnya, untuk dia formulakan dalam ingatannya, dan dia berkata,“Kasihku, kukira cintamu adalah magis, bukan logis. Pergilah, dan berenanglah terus. Kiranya badai akan mencabik-cabik jiwamu tapi tidak tubuhmu. Kiranya kemalangan akan memenjarakan hatimu tapi tidak ragamu. Kiranya bayangan kematian akan menghias tiap malammu tapi tidak siangmu. Kiranya setiap kau berlabuh, kau akan mengingat dermaga tanpa nama. Seumur hidupmu, akan selalu begitu….”

Dan perlahan dekapan itu merenggang dan semakin terpisahkan

Oh gunung, oh lautan
Sulit kupahami, Hati Rentan dengan kutukannya
Sulit kucerna, Sang Teruna dengan jiwa kerdilnya
Ya, kenapa dia bisa menjadi Sang Teruna…
Ya, pribadinya terjual tanpa harga, harkatnya terlacurkan, karakter pengecut!
Ohhh..warna hatinya merah muda, sepertinya perbandingan pigmen magenta dan kuning tidak sempurna
Merah muda dia dan….
Banci lah dia…

(hennysembiring_on February's mood/di tepi danau hijau berumput tinggi)


A thing about you


Just like an elder said:
Love is blind, but friendship closes its eyes

As my love is blind, and this blindness drives it into fragile substance
And I’m sure, you are not deserve to break it nor to care it gently
Your cynical smile may perish its texture
Your harsh words may stop its beats
Your high and mighty may destroy its color

So dear,
Please be my 2nd circle
For I can keep my eyes close
Keep in keen when you keep complaining
Keep in silent when you keep yelling
Keep in faith when you keep rue
Keep in condone when you keep rough
Just because I am your friend!