Sunday, 14 January 2018

KERANG – KERANG KOSONG


Ditelusurinya bibir pantai itu
Tapak kakinya menedang malas atas buih-buih air yang pecah
Dihelanya nafas
Terasa dingin dipanasnya aura terik siang
Bibirnya kelu menahan isak, tergigit oleh sesak
Ah laut…
Dimanakah ujungmu?

Berhenti sejenak pada ranting berongga yang teronggok tanpa daya tarik
Duduk menunduk
Pipinya basah oleh sisa-sisa debit air di kantung matanya
Mengalir atas nama cinta
Atas nama putus asa yang membekukan jiwa
Ekor matanya nanar mengikuti jejak klomang
Dan berhenti pada kerang kosong

Deru ombak semakin deras seiring senja menjarah matahari
Bukan berdiri, dia malah duduk di basahnya pasir putih
Diselojorkannya kedua kaki, ditumpuk…
Lima menit kemudian ditariknya bersilang
Lalu tangan maraih tempurung kelapa muda
Dibersihkanya…

Dia berdiri, berjalan, menunduk, meniup dan jalan lagi
Kerang aneka warna terkumpul sudah

Malam…
Dia berhenti mengutip, kembali ke pondok rumbia
Dipandangnya nilon di ujung tiang dan sesuatu ada di benaknya

Satu demi satu di setiap senja diteruskan nya proyek hasta
Tiap kerang berisi kenangan, dimensi, waktu, doa dan harapan
Semua dari, oleh dan karena cinta, yang kian pudar dan hilang  

Digantungnya jalinan kerang kosong itu
Dia harap angin bertiup untuk berikan bunyi tubrukannya
Setiap bunyi adalah jeritan, lalu menjadi irama kidung kematian
Jiwanya kosong, harapannya lenyap tergerus oleh embun malam
Nyanyiannya tanpa syair, sakitnya dia nikmati dengan mata terpejam
Entah dibawanya kemana harapan

Senyap dan bersuara

Lalu senyap….
Sunyi
Hilang


14 Januari 2018_untuk penjaga pantai 









No comments:

Post a Comment